BALI AKU DATANG LAGI









Sepanjang Perjalanan, Batinku terus teringat akan masa lalu, masa di mana dulu untuk yang pertama kalinya aku menginjakan kakiku di pulau dewata, saat aku masih mengenakan seragam abu-abu. Tersenyum sendiri aku membayangkan masa itu, juga terlintas saat kunjungan keduaku ke pulau dewata ketika aku masih mengenakan almamater IKIP PGRI Semarang. KKL (Kuliah Kerja Nyata) mereka menyebutnya begitu, Jangankan kekasih, uang sakupun terbilang minim karena memang uang saku untuk KKL di Pulau Dewata telah aku pakai dulu untuk menuruti hawa nafsuku bernyanyi di Semarang (karaoke), Jadi Aku, Shandy, Lukman, Bowo berangkat KKL dengan uang saku seadanya, namun namanya berkumpul bersama teman, melihat suasana pantai di Pulau Bali kita tetep bisa enjoy, gila-gilaan, tertawa bebas walau tanpa kekasih dan uang saku berlimpah.
Bali memang menawarkan suasana Pantai yang sangat romantis dan menawan, namun tenang, bagi mereka yang belum punya pasangan, pulau bali juga menewarkan ketenangan untuk perenungan diri, ataupun tempat yang sangat menyenangkan untuk sekedar bercerita ataupun jalan-jalan dengan teman.
Kali ini gw punya dokumentasi perjalanan gw ke Bali untuk yang ke III :
 
Bersama Mr. Heri di Jembatan Penyebrangan Gilimanuk
Suasana Pantai di belakang Gazebo
Sisi lain Gazebo, Matahari sebentar lagi bangun dari tidurnya, di depanku ada puluhan tangga yang akan mengarahkan ku dan mr.Ghofur ke pantai yang tak aku ketahui namanya. Disamping tangga itu terlihat rumah-rumah yang mungkin jika benar itu adalah sebuah penginapan, setelah kami sampai di ujung tangga yang terakhir, kami serasa takjub dan seakan perjalanan melelahkan itu terbayar lunas. Ada batu, ada bukit di kiri tangga tersebut, dan di depan terlihat dan terdengar gerusan ombak, “bikin tenda di sini sambil bikin kopi, trus rokoke marlboro enak kyaknya pak” kataku pada mr.Ghofur “iyo”. Pembicaraan kami terhenti sejenak karen tiba-tiba kami mendengar suara anjing, Aku merespon, dan segera menoleh ke kanan, ternyata sekitar sepuluh meter dari tempatku menikmati suasana pantai ada anjing yang terlihat besar dan hitam. “Pak Ghofur mlayu yo”, dengan kekuatan penuh ku berlari menaiki tangga, setelah cukup jauh kami berlari, kmi bertemu dengan mr.Heri,MR Fahmi,mr.Ali dan juga Mr.Indra. Tak tahan rasanya memendam cerita ini, akhirnya akupun menceritakan semua kejadian ini pada mereka. Nah karena mereka juga penasaran dan ingin melihat pantai, kamipun akhirnya beramai-tramai menuju kembali ke pantai tersebut sambil menikmati sunrise.
Gw, bersama teman seperjuangan Mr.Ali, dan Mr.Fachmi

 
Gazebo with new freend and new stunggle
At Kute
Setelah seharian berkeliling bali paling afdhol adalah melihat sunset atau matahari tenggelam di pantai Kute. Duduk manis, cuci mata melihat ke berbagai sudut pantai Kute. Sampil ngisep rokok, ngobrol sana sini. Mengomentari anu itu, sambil menunggu saat-saat matahari terbenam atau sunset tiba. 
Mr.Ali, Mr.Ghofur, dan tentunya sang aktor
Kute with Sunset’s
Pasar seni Guwang atau yang lebih banyak dikenal dengan Pasar seni Sukowati
Pasar Seni Guwang (Sukowati)
Tipisnya uang saku tidak menghalangiku untuk membeli oleh-oleh. Pasar seni sukowati adalah solusinya, barang-barang yang dijual khas bali banget harga variatif murah bisa nego, kalo pinter nego harganya malah bisa kurang dari setengah dari harga penawaran pertama, disini gw sempet beli lukisan yang sampai sekarang masih terpajang di rumah.

Good bye bali comeback kin java island

Puisi (Cerita Untuknya)

Isna Chandra Widhiningtyas, kali ini dengarkan aku, bacalah ceritaku, bacalah isi hatiku tentang seseorang yang tak perlulah untukku sebutkan namanya, seeorang yang masih kuingat jelas wajahnya, seseorang yang untuk mengingat wajahnya, tak perlu aku mengambil dompetku karena di situ terpampang fotoku bersamanya, tentang seseorang yang dulu selalui mewarnai hariku,seseorang yang punya senyum manis, mata sendu dan lesung di pipi kirinya.
Aku ingin mengtakan semuanya, semua yang aku alami setelah dia tak lagi bersamaku, setelah apa yang aku alami dan lalui selama ini, semua kesedihanku, semua tangisanku, semua tawaku.
Dan ketika aku mengingat-ingat kenangan bersamanya berlinanglah air mata ini, bukan hanya satu malam, tapi di tiap malam-malam ketika aku tak bersamanya. Ingin ku ucapkan maaf,maaf yang teramat dalam hati ini. Maaf yang tak Cuma terucap oleh bibir tapi juga hati ini. Maaf karena aku dulu kasar padanya, maaf karena aku dulu pernah menyakitinya, maaf karena aku dulu tak bisa bahagiakan ia, maaf karena selalu menyalahkannya, dan maaf pula atas janji-janjiku.
Terlalu aku mencintainya, sebisa mungkin aku memanjakannya, kuutamakan ia, namun aku salah, salah caraku memperlakukannya, sehingga hanya tangis yang mampu ia ingat, padahal ia telah berikanku bahagia, bagaimana aku tidak menyesali itu?
Kiniaku tak bisa lagi berkeliling malam semarang, melihat warna warni lampunya, tak bisa lagi aku merasakan masakan buatannya, tak bsa lagi aku mendapatkan perhatiannya,tak bisa lagi aku menemani tidurnya, tak bisa lagi aku bercanda tawa dengannya, tak bisa lagi aku berfikir dengannya. Kini aku tak bisa hidup karena memang sebelumnya aku hidup karena dia.
Yang kini aku punya ialah harapan, harapan untuk menata hidup, menata hidupku sendiri. Dan yang Pasti Setelah Aku Yakini Aku Bisa Menata Hidupku, Aku akan mencarinya, meminangnya. Karena aku masih berhutang padanya, Karena Aku Masih Mencintainya dan Terus Mencintainya.