Isna Chandra Widhiningtyas, kali ini dengarkan aku, bacalah ceritaku, bacalah isi hatiku tentang seseorang yang tak perlulah untukku sebutkan namanya, seeorang yang masih kuingat jelas wajahnya, seseorang yang untuk mengingat wajahnya, tak perlu aku mengambil dompetku karena di situ terpampang fotoku bersamanya, tentang seseorang yang dulu selalui mewarnai hariku,seseorang yang punya senyum manis, mata sendu dan lesung di pipi kirinya.
Aku ingin mengtakan semuanya, semua yang aku alami setelah dia tak lagi bersamaku, setelah apa yang aku alami dan lalui selama ini, semua kesedihanku, semua tangisanku, semua tawaku.
Dan ketika aku mengingat-ingat kenangan bersamanya berlinanglah air mata ini, bukan hanya satu malam, tapi di tiap malam-malam ketika aku tak bersamanya. Ingin ku ucapkan maaf,maaf yang teramat dalam hati ini. Maaf yang tak Cuma terucap oleh bibir tapi juga hati ini. Maaf karena aku dulu kasar padanya, maaf karena aku dulu pernah menyakitinya, maaf karena aku dulu tak bisa bahagiakan ia, maaf karena selalu menyalahkannya, dan maaf pula atas janji-janjiku.
Terlalu aku mencintainya, sebisa mungkin aku memanjakannya, kuutamakan ia, namun aku salah, salah caraku memperlakukannya, sehingga hanya tangis yang mampu ia ingat, padahal ia telah berikanku bahagia, bagaimana aku tidak menyesali itu?
Kiniaku tak bisa lagi berkeliling malam semarang, melihat warna warni lampunya, tak bisa lagi aku merasakan masakan buatannya, tak bsa lagi aku mendapatkan perhatiannya,tak bisa lagi aku menemani tidurnya, tak bisa lagi aku bercanda tawa dengannya, tak bisa lagi aku berfikir dengannya. Kini aku tak bisa hidup karena memang sebelumnya aku hidup karena dia.